Jika menurut data statistik, lebih banyak pria yang senang masturbasi, atau dalam istilah lain mereka terbantu melakukan kemampuan "swalayan" ini, maka tidak pada perempuan yang masih menganggap aktivitas seksual ini tabu untuk dibicarakan.
Hal ini dikuatkan pada jurnal kesehatan nasional dan kehidupan sosial. Disebutkan, 58 persen wanita merasa tidak menikmati masturbasi, sementara 47 persen lainnya justru merasa bersalah melakukannya. Sementara Peper Schawrtz, PhD, penulis "Everything You Know About Love and Sex Is Wrong", menyangkalnya, "Masturbasi justru mempersiapkan Anda untuk sebuah seks hebat, karena Anda belajar mengetahui apa yang disukai dan mengajarkannya pada pasangan."
Bicara masturbasi, bagi sebagian perempuan memang masih dianggap tabu, meski sebagian lainnya bersedia terbuka. Viska (bukan nama sebenarnya), seorang blogger, mengaku pernah melakukannya, "Aku kenal masturbasi tepatnya sejak SMP. I like touching myself .."
Perempuan dalam kungkungan nilai-nilai budaya konvensional masih menganggap masturbasi tak lebih sebuah dosa, sesuatu yang tak pantas dilakukan. Parahnya, berkembang pula paradigma salah yang terlanjur melekat pada masyarakat, bahwa perempuan adalah objek seksualitas, dan untuk melawan paradigma itu aktivitas masturbasi menjadi pelampiasan, dimana Anda sepenuhnya menjadi 'majikan' yang menikmati seksualitas dirinya sendiri.
Diane Lane dalam film "Unfaithful", bahkan menikmati sepenuhnya seksualitas itu. Karena perempuan yang berani masturbasi sejatinya lebih memahami instrumen seksual di dalam tubuhnya. Ia sangat tahu bagaimana mencari titik nyaman pada tubuhnya untuk disentuh dan dirangsang. Dan bahwa masturbasi adalah buah penghargaan atas diri sendiri, karena perempuan punya hak penuh atas tubuhnya.
Meski banyak yang menganggap tabu, masturbasi sesungguhnya memiliki banyak manfaat. Ini dikuatkan dengan penelitian sejumlah sex therapist yang meneliti tentang aktivitas ini. Bahkan, para ahli sex terapis merekomendasikannya bagi perempuan yang mengalami kesulitan mencapai "puncak".
Pakar psikoterapi dan seksologi kenamaan Amerika, Dr Albert Elis, Ph.D dalam bukunya yang berjudul "Sexual Self-Satisfaction", mengungkapkan, "Orgasme dengan atau tanpa pasangan tidaklah berbeda. Masturbasi (pemuasan seks dengan cara yang tertentu tanpa melakukan sexual intercourse atau istilah inggrisnya sering disebut self-satisfaction), adalah aktivitas yang sensasional. Tak ada alasan Anda tidak menikmati kepuasan cinta sendiri (memuaskan sendiri dengan masturbasi)"
Pun, dari kacamata moralis, menjalani masturbasi sejauh masih dalam batas-batas normal lebih ditolerir dibanding melakukan seks bebas dengan lawan jenis secara bergantian.
Inilah beberapa segi positif yang bisa didapat dari aktivitas masturbasi, antara lain :
1. Masturbasi memantapkan keyakinan diri tentang filosofi, bahwa seks aman dilakukan, baik sendiri atau dengan pasangan.
2. Anda bisa mengontrol sendiri sejauh mana kenikmatan yang diinginkan. Masturbasi juga bisa dilakukan berulang-ulang sesuai kebutuhan tanpa perlu takut pasangan Anda tak terpuaskan.
3. Menghindarkan diri dari keterjangkitan terhadap penyakit menular karena hubungan seksual.
4. Seks semacam ini bisa menjadi alternatif melampiaskan gairah wanita saat mengalami masa haid tanpa melalui hubungan seks dengan pasangan.
5. Masturbasi membuat waktu tidur menjadi lebih rileks, hingga gejala insomnia lama-kelamaan bisa teratasi.
2. Anda bisa mengontrol sendiri sejauh mana kenikmatan yang diinginkan. Masturbasi juga bisa dilakukan berulang-ulang sesuai kebutuhan tanpa perlu takut pasangan Anda tak terpuaskan.
3. Menghindarkan diri dari keterjangkitan terhadap penyakit menular karena hubungan seksual.
4. Seks semacam ini bisa menjadi alternatif melampiaskan gairah wanita saat mengalami masa haid tanpa melalui hubungan seks dengan pasangan.
5. Masturbasi membuat waktu tidur menjadi lebih rileks, hingga gejala insomnia lama-kelamaan bisa teratasi.
0 komentar:
Posting Komentar