Ini bukan soal urusan tenaga kerja Indonesia. Bukan pula urusan sepak bola dan kecurangan penonton Malaysia dengan lasernya pada Piala AFF 2010. Tapi ini soal Google, yang memilih membangun kantor perwakilan Asia Tenggara di Kuala Lumpur. Bukan di Jakarta!
Kita tahu, Indonesia memang "compang-camping" dalam soal infrastruktur Internet dan tiada visi untuk memajukannya. Ribut-ribut soal pemblokiran BlackBerry adalah contohnya. Betapa pemerintah tak punya visi untuk memikat perusahaan-perusahaan teknologi dunia, seperti Research In Motion atau Microsoft. Tapi itu tak menghapus "prestasi" besar Indonesia. Inilah beberapa catatannya: Siapa yang membantah Indonesia adalah negeri Facebook dan Twitter terbesar, setelah Amerika Serikat? Dengan 31 juta pengguna Facebook dan 8 juta pengguna Twitter, Indonesia telah berkembang menjadi negeri yang sangat maju dalam soal sosial media.
Pengguna Internet Indonesia juga jauh lebih besar ketimbang Malaysia. Pengguna Internet Indonesia mencapai 40 juta orang. Malaysia cuma punya pengguna Internet 17 juta orang. Itu kata Julian Persaud, Managing Director Google Asia Tenggara.
"Malaysia adalah negara yang penting bila dilihat dari sisi digital-ekonomi dan populasi yang melek teknologi," begitu alasan Sajith Sivanandan, Country Manager Google di Malaysia.
Rencananya, Google tahun ini akan merekrut 500 karyawan untuk wilayah Asia. Dari jumlah itu, 50 di antaranya akan berada di Asia Tenggara. Google mungkin silau oleh tingginya angka persentase pengguna Internet pita lebar (broadband) di Malaysia, yang mencapai 55,6 persen dari total populasi. Angka itu melewati target tahun lalu, yakni 50 persen dari total populasi. Padahal berapa jumlah penduduk Malaysia? Cuma 20 juta. Separuhnya cuma 10 juta orang. Itulah angka pengguna broadband mereka. Itu angka yang kecil dibanding Indonesia.
Saya menganggap Google telah salah pilih. Namun, sekeras apa pun saya meneriakkan soal ini, Google tetap berlalu. Mereka punya pertimbangan tersendiri. Malaysia juga dipilih karena, konon, negeri tetangga ini menguasai 70 persen pasar mesin pencari di Internet. "Angka itu akan terus meningkat pesat," kata pejabat Google.
Sejumlah analis mencoba menduga-duga apa alasan Google memilih negeri kecil itu. Ada yang bilang, Google tak mau head-to-head dengan Yahoo!, yang telah menancapkan kantornya di Jakarta. Yahoo! juga telah mengakuisisi situs jejaring sosial Koprol dengan harga yang mengejutkan para startup lokal-ada yang menyebutkan harganya berkisar US$ 1,5-2,5 juta.
Di bisnis mobile, Google juga harus berjuang keras. BlackBerry sangat kuat pengaruhnya di bisnis ponsel pintar. Sulit bagi Google untuk mengembangkan pasar ponsel Androidnya. Selain BlackBerry, penguasa pasar mobile adalah Yahoo! dan Opera. Yahoo! menguasai kue mesin pencari Internet di ponsel. Adapun Opera menguasai pasar browser di ponsel. Tapi semua itu mestinya tak boleh menyurutkan langkah Google. Yahoo! kini sudah masuk di Indonesia dan Vietnam. Adapun Microsoft menguasai Thailand. Selalu ada celah di pasar.
Kita tahu, Indonesia memang "compang-camping" dalam soal infrastruktur Internet dan tiada visi untuk memajukannya. Ribut-ribut soal pemblokiran BlackBerry adalah contohnya. Betapa pemerintah tak punya visi untuk memikat perusahaan-perusahaan teknologi dunia, seperti Research In Motion atau Microsoft. Tapi itu tak menghapus "prestasi" besar Indonesia. Inilah beberapa catatannya: Siapa yang membantah Indonesia adalah negeri Facebook dan Twitter terbesar, setelah Amerika Serikat? Dengan 31 juta pengguna Facebook dan 8 juta pengguna Twitter, Indonesia telah berkembang menjadi negeri yang sangat maju dalam soal sosial media.
Pengguna Internet Indonesia juga jauh lebih besar ketimbang Malaysia. Pengguna Internet Indonesia mencapai 40 juta orang. Malaysia cuma punya pengguna Internet 17 juta orang. Itu kata Julian Persaud, Managing Director Google Asia Tenggara.
"Malaysia adalah negara yang penting bila dilihat dari sisi digital-ekonomi dan populasi yang melek teknologi," begitu alasan Sajith Sivanandan, Country Manager Google di Malaysia.
Rencananya, Google tahun ini akan merekrut 500 karyawan untuk wilayah Asia. Dari jumlah itu, 50 di antaranya akan berada di Asia Tenggara. Google mungkin silau oleh tingginya angka persentase pengguna Internet pita lebar (broadband) di Malaysia, yang mencapai 55,6 persen dari total populasi. Angka itu melewati target tahun lalu, yakni 50 persen dari total populasi. Padahal berapa jumlah penduduk Malaysia? Cuma 20 juta. Separuhnya cuma 10 juta orang. Itulah angka pengguna broadband mereka. Itu angka yang kecil dibanding Indonesia.
Saya menganggap Google telah salah pilih. Namun, sekeras apa pun saya meneriakkan soal ini, Google tetap berlalu. Mereka punya pertimbangan tersendiri. Malaysia juga dipilih karena, konon, negeri tetangga ini menguasai 70 persen pasar mesin pencari di Internet. "Angka itu akan terus meningkat pesat," kata pejabat Google.
Sejumlah analis mencoba menduga-duga apa alasan Google memilih negeri kecil itu. Ada yang bilang, Google tak mau head-to-head dengan Yahoo!, yang telah menancapkan kantornya di Jakarta. Yahoo! juga telah mengakuisisi situs jejaring sosial Koprol dengan harga yang mengejutkan para startup lokal-ada yang menyebutkan harganya berkisar US$ 1,5-2,5 juta.
Di bisnis mobile, Google juga harus berjuang keras. BlackBerry sangat kuat pengaruhnya di bisnis ponsel pintar. Sulit bagi Google untuk mengembangkan pasar ponsel Androidnya. Selain BlackBerry, penguasa pasar mobile adalah Yahoo! dan Opera. Yahoo! menguasai kue mesin pencari Internet di ponsel. Adapun Opera menguasai pasar browser di ponsel. Tapi semua itu mestinya tak boleh menyurutkan langkah Google. Yahoo! kini sudah masuk di Indonesia dan Vietnam. Adapun Microsoft menguasai Thailand. Selalu ada celah di pasar.
0 komentar:
Posting Komentar