Sabtu depan adalah saat yang paling ditunggu astronom amatir. Sembilan belas Maret menjadi titik Bumi paling dekat dengan bulan, sejak 2005. Peristiwa 19 Maret, sering dikenal dengan nama 'lunar perigee' dan Bulan Super, menjadi saat yang dinanti mengingat bulan berada di garis lurus sepanjang 22.561 mil dari Bumi, jarak terdekat dengan planet ketiga dari Matahari ini.
Media internet telah dibanjiri ilmuwan amatir dengan pola pikir konspirasi yang terus menerus memberi peringatan bahwa Bulan Super akan mengganggu pola iklim bumi serta menyebabkan gempa bumi dan aktivitas gunung berapi yang membahayakan masyarakat.
Bulan Super pernah terjadi pada 1955, 1974, 1992 dan 2005. Yang menarik, di tahun-tahun tersebut terjadi peristiwa cuaca ekstrim. Di Indonesia misalnya, terjadi tsunami Aceh yang menewaskan ratusan ribu penduduk. Peristiwa itu bertepatan dua minggu sebelum Bulan Super pada Januari 2005. Selain itu, ada pula peristiwa angin topan ganas Siklon Tracy yang menghancurkan kota Darwin, Australia. Tapi Pete Wheeler dari International Centre for Radio Astronomy memandang semua peringatan soal kiamat atau bencana besar dengan skeptis. "Tidak akan ada gempa bumi atau gunung berapi yang meletus kecuali memang itu seharusnya terjadi," katanya.
Bumi hanya mengalami air surut lebih rendah dari biasanya dan air pasang lebih tinggi dari normal pada masa itu, kata Wheeler lagi. Astronom Australia David Reneke juga tidak setuju dengan teori konspirasi yang beredar di masyarakat, mengingat pihak-pihak itu selalu saja menemukan hubungan antara bencana alam dengan hal yang sifatnya tidak logis. "Jika Anda mencoba mencari tahu lebih lama, akan muncul kronologis bahwa bencana alam memang berkaitan dengan langit seperti komet, planet lain dan matahari. Namun, tidak serta merta menyalahkan satu fenomena dengan bencana," kata Reneke.
0 komentar:
Posting Komentar