Pasukan ulat bulu yang sedang heboh di pesisir utara Jawa Timur, kini menyerang Pulau Bali. Di Kabupaten Buleleng, ribuan ekor serangga itu tiba-tiba sudah menempel di sejumlah pohon mangga.
Dari hari ke hari ulat itu sangat cepat berkembang bahkan menempel ke rumah-rumah milik warga. Ribuan ulat bulu itu pertama ditemukan warga sejak empat hari yang lalu.
Namun, masyarakat mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk menghalau serangan ulat tersebut. Tidak sedikit di antaranya mengaku ketakutan sehingga seorang Ibu bernama Nur sempat melakukan ritual khusus agar serangan ulat tersebut tidak mengganggu warga setempat. Kondisi ini mendapat perhatian Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika.
Ulat bulu, yang rata-rata berwarna hitam itu, ditemukan di tiga kecamatan yakni Kecamatan Gerokgak, Buleleng dan Kecamatan Sawan. Di Kecamatan Gerokgak, dua desa sudah terdeteksi diserang oleh ulat bulu yakni, Desa Penyabangan dan Desa Patas.
Di Kecamatan Sawan, ulat bulu ditemukan di Desa Sangsit. Belakangan ulat bulu itu juga ditemukan Desa Baktiseraga, Desa Tukadmungga dan Desa Penglatan di Kecamatan Buleleng.
Keberadaan ulat bulu di Desa Patas, tepatnya di Dusun Yeh Biu, pertama kali ditemukan oleh Ibu Nur (37). Ulat bulu itu ditemukan menempel di pohon mangga belakang rumahnya. "Saya temukan ulat ini sejak hari Rabu lalu," tutur Nur, Senin 11 April 2011.
Ribuan ulat di belakang rumahnya itu tak pelak membuat Nur begidik ketakutan. Bahkan akibat dari keberadaan ulat-ulat tersebut, dua anaknya bernama Wahyu (5) dan Nabila (6) serta beberapa anak tetangganya mengalami gatal-gatal di sekujur tubuhnya karena bermain di sekitar lokasi ulat bulu itu.
"Saya tidak berani mengusik ulat tersebut, takut," ujar Nur polos. Untuk menghalau ketakutannya itu, Nur melakukan ritual khusus dengan menyiramkan beras berwarna kuning di sekitar keberadaan ulat bulu tersebut.
Selain menempel di pohon, ratusan ulat itu juga menempel di rumah warga. "Ratusan ulat juga menempel di tembok rumah saya," ujar Made Dwija, sembari menyatakan ulat tersebut dikumpulkan lalu membakarnya.
Sedangkan di Desa Penyabangan, ulat bulu tersebut juga menyerang sejumlah pohon. Namun di tempat ini ratusan ulat itu langsung dimusnahkan dengan menyemprotnya menggunakan cairan pestisida.
Serangan ulat dengan pola yang sama juga menimpa Dusun Sema dan Abasan, Desa Sangsit. Ratusan ulat bulu tersebut menempel di pohon mangga dan pohon gempinis. Tidak itu saja, ulat bulu tersebut juga menempel pada sebuah warung kosong, milik Ketut Sudiasa, warga setempat. "Saya dapat informasi warung saya di serang ulat bulu.
Ternyata setelah saya datang, memang benar bangunan warung dipenuhi ulat bulu berwarna hitam," kata Sudiasa sambil bergidik. Saking banyaknya, Sudiasa lantas mengumpulkan dan langsung membakarnya. "Terus terang saya terbayang dengan kejadian di Jawa. Mudah-mudahan di Bali tidak seperti itu. Saya ngeri membayangkannya," ujar laki-laki berkaca mata ini ketakutan.
Sementara itu Kepala Dinas Partanian dan Peternakan (Kadistannak) Buleleng Ir Putu Mertha Jiwa saat dikonfirmasi melalui saluran teleponnya berjanji secepatnya akan melakukan langkah untuk melakukan pemusnahan terhadap ulat bulu tersebut. Tidak itu saja, langkah yang juga sedang dirancangnya yakni melakukan upaya memblokir wilayah yang sudah terkena serangan hama ulat bulu tersebut.
"Saya sudah ke lokasi dan menyemprotnya dengan menggunakan cairan pestisida. Sedangkan selanjutnya kita upayakan untuk melokalisir daerah terkena hama ulat bulu itu agar tidak menyebar ke seluruh wilayah Buleleng," jelasnya.
Gubernur Mangku Pastika saat turun ke lokasi ulat bulu di Buleleng Minggu 10 April 2011, meminta masyarakat bersama instansi terkait di Pemkab Buleleng melakukan antisipasi lebih dini sehingga hama ulat bulu tidak berkembang dan membahayakan masyarakat.
"Ini harus mendapar perhatian dan saya meminta laporan setiap saat dengan adanya ulat bulu ini," pinta Gubernur Pastika. Menurut gubernur kondisi serangan hama ulat bulu di lima desa di Kabupaten Buleleng belum sangat memprihatinkan, namun apabila dibiarkan serangan ulat itu akan membahayakan masyarakat.
"Memang ini belum seberapa, mumpung masih sedikit harus dilakukan upaya-upaya dengan cepat sehingga tidak berimbas pada daerah yang lain. Terlebih sebelumnya Bali dikatakan sebagai neraka, ini harus ditanggulangi bersama," lanjut Pastika.
0 komentar:
Posting Komentar